Monday, September 7, 2020

BAB III (bag. 1) SHALAT FARDLU LIMA WAKTU SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN

 SHALAT FARDLU LIMA KALI

Pengertian Shalat Fardlu

Secara bahasa, shalat adalah berso’a atau doa meminta kebaikan. Menurut istilah, shalat merupakan semua perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat yang diwajibkan sebanyak lima kali seharisemalam, yang biasa kita kenal dengan nama shalat Subuh, Dluhur, Ashar, Maghrib, dan shalat Isya’. 

Shalat fardlu wajib hukumnya bagi setiap orang muslim, baik laki-laki dan perempuan yang berakal dan telah memasuki masa baligh. Shalat fardlu belum wajib bagi anak laki-laki dan perempuan yang masih kecil. Namun, jika anak sudah berumur tujuh tahun, hendaklah mulai diperintah mengerjakan. Jika sudah mencapai umur 10 tahun, hendaklah dipukul dengan tangan dan tidak boleh menggunakan alat seperti kayu, jika anak tersebut tidak mau mengerjakan shalat.

Seluruh umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima kali sehari semalam. Tidak ada shalat lain yang diwajibkan kecuali karena nadzar dan shalat yang menempati kedudukan salah satu dari lima waktu, seperti shalat Jum’at.

Dasar Hukum Perintah Shalat Fardlu

Shalat fardlu merupakan rukun Islam yang kedua setelah membaca dua kalimah syahadat. Bahkan shalat menjadi penanda untuk membedakan antara orang yang kafir dan muslim. Oleh karena pentingnya kedudukan shalat bagi setiap muslim, banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menegaskan perintah untuk melaksanakannya

a.  (QS. AlBayyinah (98): 5)

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ  ٥

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

 b. (QS. Al-Hajj (22): 78)

فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعۡتَصِمُواْ بِٱللَّهِ هُوَ مَوۡلَىٰكُمۡۖ فَنِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ  

“Maka laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada agama Allah. Dialah pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong

c. (QS. An-Nisa’ (4): 103)

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا  

Sesungguhnya shalat bagi orang-orang mukmin adalah kewajiban yang sudah ditentukan waktunya

Syarat Wajib dan Syarat Sah Shalat

Tahukah kita, apakah persamaan dan perbedaan syarat wajib dan syarat sah shalat fardlu? 

Syarat wajib merupakan ketentuan-ketentuan yang berakibat pada diwajibkannya melaksanakan shalat. Tidak terpenuhinya salah satu persyaratan akan menggugurkan hukum wajibnya shalat. Bagi yang belum memenuhi persyaratan, ada dua hukum bila tetap melaksanakan shalat, yaitu tetap sah shalatnya dan tidak sah shalatnya.
1. Beragama Islam baik laki-laki maupun perempuan. 
2. Telah memasuki akil baligh, namun bagi anak-anak yang melaksanakan tetap sah shalatnya, selama sudah mumayyiz (mampu membedakan). 
3. Tidak hilang akalnya karena gila, pingsan, terkena obat bius, atau mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan. 
Akibat hukumnya: 
Orang gila (tidak terkena dosa jika meninggalkan shalat, tetapi jika sembuh disunnahkan mengqadla (mengganti) shalat-shalat yang ditinggalkan. 
Orang pingsan (tidak terkena dosa jika meninggalkan shalat, tetapi jika siuman disunnahkan mengqadla (mengganti) shalat-shalat yang ditinggalkan. 
Orang terfek obat bius (tidak terkena dosa jika meninggalkan shalat, tetapi jika siuman disunnahkan mengqadla (mengganti) shalat-shalat yang ditinggalkan. 
Orang mabuk (terkena dosa jika meninggalkan shalat, tetapi jika siuman diwajibkan mengqadla (mengganti) shalat-shalat yang ditinggalkan.
Contoh lain
1. Anak kecil belum terkena kewajiban melaksanakan shalat, karena syarat yang mewajibkannya tidak terpenuhi. Namun, shalat yang dilakukannya tetap sah, selama suci dari najis dan hadast. 
2. Perempuan yang sedang haidh tidak terkena kewajiban dan haram melaksanaan shalat. Jika tetap melaksanakannya, maka shalatnya tidak sah.

Syarat sah adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan shalat. Tidak terpenuhinya salah satu persyaratan, maka akibatnya shalatnya tidak sah.
1. Beragama Islam baik laki-laki maupun perempuan. 
2. Mumayyiz (dapat membedakan antara sesuatu yang bersih dan kotor, baik dan buruk, menguntungkan dan merugikan, dan seterusnya).
 3. Tidak hilang akalnya. 
4. Masuk waktu shalat 
5. Suci dari hadats kecil dan besar. 
6. Suci dari najis baik mukhaffafah, mutawassithah dan mughaladlah. 
7. Menutup aurat 
8. Menghadap arah kiblat. 
9. Berniat. 
10. Tertib sewaktu menunaikan shalat. 
11. Muwalah (tidak terputus-putus dalam melaksanakan setiap rukun shalat). 12. Tidak berbicara kecuali yang berkaitan dengan bacaan-bacaan dalam shalat. 
13. Tidak banyak melakukan gerakan yang tidak berkaitan dengan shalat. 
14. Tidak  makan dan minum

Jika kita bandingkan, terdapat ketentuan yang menjadi syarat wajib dan sekaligus syarat sahnya shalat, seperti beragama Islam dan tidak hilang akalnya. Terdapat pula ketentuan yang hanya menjadi syarat wajibnya shalat atau sebaliknya. Contohnya, menutup aurat, menghadap kiblat, dan lain-lain hanya menjadi syarat sah shalat saja. Sedangkan telah memasuki masa baligh hanya merupakan syarat wajibnya shalat semata.

Perkara-Perkara Yang Membatalkan Shalat

1. Datangnya hadats kecil maupun besar ditengah-tengah shalat. 
2. Menempelnya najis yang tidak dapat dimaafkan pada badan, pakaian, dan tempat shalat, kecuali langsung disingkirkan. 
3. Mengeluarkan ucapan lebih dari dua huruf dengan sengaja untuk berbicara atau satu huruf, namun sudah bisa dipahami. Contoh: Jangan berdiri!, “duduk!”, dan seterusnya. 
4. Tertawa lebar ketika dalam shalat. 
5. Makan dan Minum meskipun hanya sedikit. 
6. Murtad ketika dalam shalat. 
7. Gila ketika dalam shalat. 
8. Berpaling dari arah kiblat. 
9. Tersingkapnya pakaian, sehingga terbuka aurat. 
10. Meringkas rukun shalat, seperti ruku’ dan i’tidal dijadikan satu sehingga dari ruku’ langsung sujud.
 11. Ragu terhadap niat yang telah dilakukan, misalnya, dhuhur atau ashar. 
12. Mengubah niat dari shalat fardhu menjadi shalat lainnya, misalnya, shalat dhuhur niatnya diganti dengan shalat gerhana matahari. 
13. Niat keluar dari shalat sebelum sempurna semua rukun-rukunnya. 
14. Bimbang dalam shalatnya, apakah akan meneruskan atau membatalkannya. 
15. Menggantungkan pembatalan shalat pada suatu perkara. Contoh, dalam shalat mengatakan “jika haidh datang, saya akan membatalkan shalat”. 
16. Sengaja meninggalkan salah satu rukun shalat. 
17. Sengaja mengulang-ulang rukun dengan tujuan bersenda gurau. 
18. Mencampur aduk rukun shalat, contoh mendahulukan rukun tertentu dan mengakhirkan yang lain di laur ketentuan. 
19. Bermakmum pada orang yang shalatnya tidak sah, seperti kepada orang kafir. 
20. Sengaja memanjangkan rukun yang pendek. 
21. Mendahului atau tertinggal dua rukun yang berupa perbuatan (fi’li) yang dilakukan imam tanpa udzur. 
22. Mengucapkan salam sebelum waktunya. 
23. Mengucapkan takbiratul ihram kedua kalinya dengan niat memperbaruhi shalat. 
24. Dengan sengaja kembali duduk tasyahud awal pada saat sudah dalam kondisi berdiri.

3 comments:

  1. M. Rif'an Asy-Syauqi 7D 13Sep 7, 2020, 9:56:00 AM

    Alhamdulillah materi bab sholat fardlu banyak menambah ilmu.

    ReplyDelete
  2. Sangat bermanfaat buat saya Muhammad khoirul umam.maksih

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum pak, terimakasih materinya, sarat dengan ilmu yang penting buat kami. Wassalam sayu sekar rinonce kelas VII D

    ReplyDelete