FILSAFAT ISLAM
A.
Apa
Filsafat Islam?
Filsafat adalah
Ilmu tentang berfikir tentang sesuatu apapun untuk mencari kebenaran sesuatu
tersebut. Filsafat muncul dari sebuah pemikiran dan semua ilmu memiliki
filsafat tersendiri dan pemikiran itu sendiri diragukan oleh sang pemikir jika
belum ditemukan kebenarannya, untuk mengatakan itu benar perlu menuangkan
pemikiran sehingga sang pemikir meyakininya apa yang ia temukan.
Dalam sejarah
Islam, berbagai kedesiplinan ilmu muncul begitu cepat sesuai dengan tahap
perkembangan duniawi dan berkembang terus sesuai dengan situasi dan kondisi,
sehingga banyak pakar ilmuan dan tokoh-tokoh dalam Islam melahirkan
pernik-pernik mutiara untuk dijadikan bahan rujukan oleh umat sekarang.
Dalam menikmati
keindahan alam, Allah memberikan akal kepada manusia sebagai remot kontrol
dalam menjalani kehidupan, hidup ini adalah kesempatan menikmati kebesaran
Tuhan, betapa indahnya kalau akal ini kita selaraskan dengan nafsu
mutma’innah ( nafsu nan suci) yang ada dalam diri manusia terdapat dalam
lubuk hati paling dalam (latifah rabbaniyah), sebaliknya jika manusia
berfikir menuruti hawa nafsu (nafsu syaitan), maka ia akan terjerumus dalam
lembah kesesatan yang nyata.
Alam selalu
berubah, berkembang (mutaghayir) tetapi tidak berubah secara spontanitas
karena yang sanggup merubahkan alam ini secara spontanitas adalah Tuhan. Banyak
manusia mendewakan dan mengagungkan akal (ra’y) karena akal mampu merubah nasib
manusia tanpa harus mensandarkan diri siapa sang pencipta akal tersebut,
manusia seperti ini dikatagorikan dalam kesesatan.
Padahal akal
punya batas dan tidak mampu menandingi syari’at karena syari’at cukup
luas sedangkan kemampuan akal terbatas sehingga saat sekarang ini belum ada
ahli pemikiran dan tokoh-tokoh dalam Islam mampu berpikir sampai kepada tahap
berfikirnya para imam mujtahid tempo dulu. Maka seorang muslim
yang berpikir dengan sedalam-dalamnya tanpa suatu maksud, selain dari mencari
yang haq dan kebenaran, maka dia tidak akan sesat.
B.
Sejarah
dan Perkembangan Filsafat Islam
Meski pada umumnya
Filsafat Islam dipercayai berawal dari Al-Kindi (801-873), tetapi ada catatan
bahwa orang Islam yang pertama yang disebut sebagai filosof adalah Iransyahri.
Pemilihan Al-Kindi sebagai filosof pertama dalam sejarah Islam tentu terkait dengan
kenyataan bahwa Al-Kindi-lah orang pertama yang berusaha merumuskan secara
sistematis apa itu filsafat Islam. Dia memang dikenal sebagai orang Mu’tazili (pengikut Mazhab
Rasionalistik dalam teologi
Islam), karena posisinya sebagai filosof awal Islam dan dialah yang menulis
buku (Al-Falasafah Al-‘Ula). Dalam buku ini Al-Kindi menunjukkan bahwa concern
( filsafat pertama) atau metafisika, sesungguhnya sama dengan teologi, yakni
tentang Tuhan.
Dalam sejarah dan perkembangan Filsafat dalam teologi Islam, secara
umum tahapan perkembangannya sebagai berikut :
-
Al-Kindi (801-873). Pada masa awal
Islam filsafat ini berkembang secara perlahan-lahan, hingga dapat mempengaruhi
beberapa tokoh Islam pada masa itu, sebagai bukti bahwa disini mulanya filsafat
Islam, Al-Kindi pernah menulis sebuah buku yang berjudul (Al-Falasafah Al-‘Ula).
-
Al-Farabi (870-950). Pada
masa ini Al-Farabi dikenal sebagai tokoh filosofi Islam yang mengambil teori
berfilsafat dari Al-Kindi dan dikembangkan melalui karya-karyanya.
-
Ibnu Sina (980-1037). Pada masa
ini ilmu filsafat Islam dikembangkan oleh Ibnu Sina menjadi berbagai demensi
kedesiplinan ilmu dalam filsafat Islam, sehingga Ibnu Sina berhak mendapat
julukan sebagai Filosofis Peripatetik Muslim, orang barat menyebutkan Par
Excellennce, padahal pada masa itu Ibnu Sina baru berusia sepuluh tahun, dan ia
mahir dalam mendalami ilmu kedokteran disaat usianya enam belas tahun, Ibnu
Sina pernah berguru kepada Al-Farabi dalam ilmu filsafat, sebagaimana yang
tercantum dalam autobiografinya; ia terang-terangan mengakui berutang budi
kepada Al-Farabi, dan ada juga pendapat Ibnu Sina yang bertentangan dengan
pendapat Al-Farabi tentang filsafat. Kemudian berbagai masalah dalam filsafat
Yunani mendapat kesempatan untuk dikembangkan lebih jauh dalam lingkungan
pemikiran Islam. Dan setelah itu barulah muncul para tokoh-tokoh filsafat dalam
Islam diantaranya adalah Imam Ghozali dan tokoh Filsafat dari Negara Andalusia,
seperti Ibnu Thufa’il, Ibnu Rusyd dan sebagainya.
C.
Aliran-aliran
Filsafat Islam
Dalam Perkembangan Filsafat banyak Aliran aliran yang muncul,
yang mana aliran ini muncul menurut pemikiran masing-masing tokoh.
1.
Aliran Neo Platonik yang dicetus oleh
Aristatoles berkembang pada Abad ke empat sebelum Masehi.
2.
Aliran Peripatetisme Aliran ini
tidak jauh beda dengan aliran Neo Platonik karena teori yang digunakan dalam
pengembangannya lebih banyak memakai dari teori Aristatolian. Dan Aliran ini
dikembangkan oleh Tiga Tokoh Filosofi Muslim yaitu Al-Kindi, Al-farabi dan Ibnu
Sina, muncul dan berkembang pada tahun (801-1037).
3.
Aliran Teologi dan Mistisisme,
Aliran ini lebih mendekati kepada ‘irfan’ (tasawuf), Aliran ini dicetus oleh
Al-Ghazali, berkembang pada tahun 105-1111.
4.
Aliran Peripatetisme Murni, aliran
ini lebih kepada mengkritisi aliran yang dikembangkan oleh Al-kindi, Al-farabi
dan Ibnu sina. Pencetusnya adalah Ibnu Rusdy, Aliran ini berkembang pada tahun
1126-1198.
5.
Aliran Filsafat Mistikal, Aliran
ini dicetus oleh Fakhrudin Ar-Razi, berkembang pada tahun 1126-1209. Aliran-aliran
ini berkembang terus hingga kepada aliran Hikmah Muta’aliyah yang
dikembangkan oleh Mulla Shadra pada tahun 1571-1640. Dan masih banyak lagi
aliran-lairan dalam filsafat.
Setelah kita melihat perkembangan aliran dalam filsafat, dalam filsafat
Islam ada berbagai aliran yang berkembang. Ada sedikitnya lima aliran dalam
filsafat Islam : Teologi Dialektik (Ilmu Al-Kalam), Peripatetisme
(Masysya’iyyah), Iluminisme (Isyraqiyyah), Sufisme (Tasawuf), Filsafat
Al-Hikmah Al-Muta’aliyyah.
D.
Tokoh-tokoh
Filosuf Islam
Merupakan filosuf pertama yang lahir
dari kalangan Islam.
Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab,
ia mahir berbahasa Yunani pula. Banyak karya-karya para
filosuf Yunani
diterjemahkannya dalam bahasa Arab, antara lain karya Aristoteles
dan Plotinus.
Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan
dari Irak. Ia
berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun
873. Ia merupakan seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles,
yang telah memengaruhi konsep al-Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam
bidang sains dan psikologi. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai
bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari
berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.
Ia membedakan antara intelek aktif
dengan intelek pasif yang diaktualkan dari bentuk intelek itu sendiri. Argumen
diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai pengaruh dari intelek
ketiga dan yang keempat. Dalam ontologi dia mencoba mengambil parameter dari
kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima bagian: zat(materi),
bentuk, gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi primer.
Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal
dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia
dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al-
Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir).
Kemungkinan lain adalah Farabi adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah
Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah
mereka adalah soal Imam) yang berasal dari Turki.
Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan
Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan
memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap
subyek yang dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an,
tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmatika
dasar. Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan
tinggal di Kazakhstan sampai umur 50 tahun. Ia pergi ke Baghdad untuk
menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.
Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di
Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara
di kota Harran yang terletak di utara Syria, dimana saat
itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil. Ia kemudian belajar
filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.
Selama hidupnya al Farabi banyak
berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat
ditinjau menjdi 6 bagian
1.
Logika
2.
Ilmu-ilmu Matematika
3.
Ilmu Alam
4.
Teologi
5.
Ilmu Politik dan kenegaraan
6.
Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah
Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian
melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling
baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam. Filsafat politik
Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan
rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
Lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina. Ibnu
Sina lahir pada 980 di
Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang
wilayah Uzbekistan
(kemudian Persia),
dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Ibnu Sina dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat
adalah seorang filosuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang
sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana
sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak
orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi
sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang
kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan
rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Dia adalah pengarang
dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. George Sarton menyebut Ibnu
Sina sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu
yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu. Karyanya yang paling
terkenal adalah The Book of Healing
dan The Canon of Medicine,
dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At
Tibb).
4.
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al
Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I
Imam Ghazali lahir di Thus; 1058 / 450 H –
meninggal di Thus; 1111 /
14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan
teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.
Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar
beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai
pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus,
Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau
bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai
cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam
Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka
yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.
Beliau
mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan
keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau
menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam
terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang
dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan
pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam
Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah
dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang
didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau
dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa
tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan
ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam
pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar
kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
Karya –karya Imam Ghazali sangat banyak,
karya yang sangat terkenal adalah Ihya Ulumuddin. Karya Imam Ghazali
tentang filsafat adalah Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang
kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The
Incoherence of the Incoherence).
5.
Ibnu Tufail (sekitar 1105–1185)
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin
Abdul Malik bin Muhammad bin Tufail al-Qaisi al-Andalusi (nama Latin Abubacer)
ialah filsuf, dokter, dan pejabat
pengadilan Arab Muslim dari Al-Andalus. Lahir di Guadix dekat Granada, ia
dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk
penguasa Granada, dan kemudian sebagai vizier dan dokter untuk Abu Yaqub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus)
di bawah pemerintahan Almohad, pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rusyd
sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko. Di zamannya
nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai Maecenas. Ibnu Tufail juga
merupakan pengarang Hayy ibn Yaqthan (Hidup Putra Kesadaran) roman
filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan tanpa
hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk
akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk
dogmatisme, dan penyakit lainnya.
Ibnu Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol)
pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah
hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak
yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti
kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari
Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang
berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian
besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan.
Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar
atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad
pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu
Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang
filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume.
Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami
oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah
dan sikap keberagamaannya. Karya-karya beliau adalah Bidayat Al-Mujtahid (kitab
ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain
Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang
bertentangan dengan filsafat).
No comments:
Post a Comment