Wednesday, November 9, 2011

filsafat islam


FILSAFAT ISLAM
A.           Apa Filsafat Islam?
          Filsafat adalah Ilmu tentang berfikir tentang sesuatu apapun untuk mencari kebenaran sesuatu tersebut. Filsafat muncul dari sebuah pemikiran dan semua ilmu memiliki filsafat tersendiri dan pemikiran itu sendiri diragukan oleh sang pemikir jika belum ditemukan kebenarannya, untuk mengatakan itu benar perlu menuangkan pemikiran sehingga sang pemikir meyakininya apa yang ia temukan.
Dalam sejarah Islam, berbagai kedesiplinan ilmu muncul begitu cepat sesuai dengan tahap perkembangan duniawi dan berkembang terus sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga banyak pakar ilmuan dan tokoh-tokoh dalam Islam melahirkan pernik-pernik mutiara untuk dijadikan bahan rujukan oleh umat sekarang.
Dalam menikmati keindahan alam, Allah memberikan akal kepada manusia sebagai remot kontrol dalam menjalani kehidupan, hidup ini adalah kesempatan menikmati kebesaran Tuhan, betapa indahnya kalau akal ini kita selaraskan dengan nafsu mutma’innah ( nafsu nan suci) yang ada dalam diri manusia terdapat dalam lubuk hati paling dalam (latifah rabbaniyah), sebaliknya jika manusia berfikir menuruti hawa nafsu (nafsu syaitan), maka ia akan terjerumus dalam lembah kesesatan yang nyata.
Alam selalu berubah, berkembang (mutaghayir) tetapi tidak berubah secara spontanitas karena yang sanggup merubahkan alam ini secara spontanitas adalah Tuhan. Banyak manusia mendewakan dan mengagungkan akal (ra’y) karena akal mampu merubah nasib manusia tanpa harus mensandarkan diri siapa sang pencipta akal tersebut, manusia seperti ini dikatagorikan dalam kesesatan.
Padahal akal  punya batas dan tidak mampu menandingi syari’at karena syari’at cukup luas sedangkan kemampuan akal terbatas sehingga saat sekarang ini belum ada ahli pemikiran dan tokoh-tokoh dalam Islam mampu berpikir sampai kepada tahap berfikirnya para imam mujtahid tempo dulu. Maka seorang muslim yang berpikir dengan sedalam-dalamnya tanpa suatu maksud, selain dari mencari yang haq dan kebenaran, maka dia tidak akan sesat.


B.            Sejarah dan Perkembangan Filsafat Islam
          Meski pada umumnya Filsafat Islam dipercayai berawal dari Al-Kindi (801-873), tetapi ada catatan bahwa orang Islam yang pertama yang disebut sebagai filosof adalah Iransyahri. Pemilihan Al-Kindi sebagai filosof pertama dalam sejarah Islam tentu terkait dengan kenyataan bahwa Al-Kindi-lah orang pertama yang berusaha merumuskan secara sistematis apa itu filsafat Islam. Dia memang dikenal sebagai orang Mu’tazili (pengikut Mazhab Rasionalistik dalam teologi Islam), karena posisinya sebagai filosof awal Islam dan dialah yang menulis buku (Al-Falasafah Al-‘Ula). Dalam buku ini Al-Kindi menunjukkan bahwa concern ( filsafat pertama) atau metafisika, sesungguhnya sama dengan teologi, yakni tentang Tuhan.
Dalam sejarah dan perkembangan Filsafat dalam teologi Islam, secara umum tahapan perkembangannya sebagai berikut :
-               Al-Kindi (801-873). Pada masa awal Islam filsafat ini berkembang secara perlahan-lahan, hingga dapat mempengaruhi beberapa tokoh Islam pada masa itu, sebagai bukti bahwa disini mulanya filsafat Islam, Al-Kindi pernah menulis sebuah buku yang berjudul (Al-Falasafah Al-‘Ula).
-               Al-Farabi (870-950).  Pada masa ini Al-Farabi dikenal sebagai tokoh filosofi Islam yang mengambil teori berfilsafat dari Al-Kindi dan dikembangkan melalui karya-karyanya.
-               Ibnu Sina (980-1037). Pada masa ini ilmu filsafat Islam dikembangkan oleh Ibnu Sina menjadi berbagai demensi kedesiplinan ilmu dalam filsafat Islam, sehingga Ibnu Sina berhak mendapat julukan sebagai Filosofis Peripatetik Muslim, orang barat menyebutkan Par Excellennce, padahal pada masa itu Ibnu Sina baru berusia sepuluh tahun, dan ia mahir dalam mendalami ilmu kedokteran disaat usianya enam belas tahun, Ibnu Sina pernah berguru kepada Al-Farabi dalam ilmu filsafat, sebagaimana yang tercantum dalam autobiografinya; ia terang-terangan mengakui berutang budi kepada Al-Farabi, dan ada juga pendapat Ibnu Sina yang bertentangan dengan pendapat Al-Farabi tentang filsafat. Kemudian berbagai masalah dalam filsafat Yunani mendapat kesempatan untuk dikembangkan lebih jauh dalam lingkungan pemikiran Islam. Dan setelah itu barulah muncul para tokoh-tokoh filsafat dalam Islam diantaranya adalah Imam Ghozali dan tokoh Filsafat dari Negara Andalusia, seperti Ibnu Thufa’il, Ibnu Rusyd dan sebagainya.
C.           Aliran-aliran Filsafat Islam
Dalam Perkembangan Filsafat banyak Aliran aliran  yang muncul, yang mana aliran ini muncul menurut pemikiran masing-masing tokoh.
1.              Aliran Neo Platonik yang dicetus oleh Aristatoles berkembang pada Abad ke empat sebelum Masehi.
2.             Aliran Peripatetisme Aliran ini tidak jauh beda dengan aliran Neo Platonik karena teori yang digunakan dalam pengembangannya lebih banyak memakai dari teori Aristatolian. Dan Aliran ini dikembangkan oleh Tiga Tokoh Filosofi Muslim yaitu Al-Kindi, Al-farabi dan Ibnu Sina, muncul dan berkembang pada tahun (801-1037).
3.             Aliran Teologi dan Mistisisme, Aliran ini lebih mendekati kepada ‘irfan’ (tasawuf), Aliran ini dicetus oleh Al-Ghazali, berkembang pada tahun 105-1111.
4.             Aliran Peripatetisme Murni, aliran ini lebih kepada mengkritisi aliran yang dikembangkan oleh Al-kindi, Al-farabi dan Ibnu sina. Pencetusnya adalah Ibnu Rusdy, Aliran ini berkembang pada tahun 1126-1198.
5.             Aliran Filsafat Mistikal, Aliran ini dicetus oleh Fakhrudin Ar-Razi, berkembang pada tahun 1126-1209. Aliran-aliran ini berkembang terus  hingga kepada aliran Hikmah Muta’aliyah yang dikembangkan oleh Mulla Shadra pada tahun 1571-1640. Dan masih banyak lagi aliran-lairan dalam filsafat.
Setelah kita melihat perkembangan aliran dalam filsafat, dalam filsafat Islam ada berbagai aliran yang berkembang. Ada sedikitnya lima aliran dalam filsafat Islam : Teologi Dialektik (Ilmu Al-Kalam), Peripatetisme (Masysya’iyyah), Iluminisme (Isyraqiyyah), Sufisme (Tasawuf), Filsafat Al-Hikmah Al-Muta’aliyyah.
D.           Tokoh-tokoh Filosuf Islam
1.            Ya`qub bin Ishaq Al-Kindi (801-873)
Merupakan filosuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani pula. Banyak karya-karya para filosuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab, antara lain karya Aristoteles dan Plotinus.
Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873. Ia merupakan seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles, yang telah memengaruhi konsep al-Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan psikologi. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.
Ia membedakan antara intelek aktif dengan intelek pasif yang diaktualkan dari bentuk intelek itu sendiri. Argumen diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai pengaruh dari intelek ketiga dan yang keempat. Dalam ontologi dia mencoba mengambil parameter dari kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima bagian: zat(materi), bentuk, gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi primer.
2.            Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950)
Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir). Kemungkinan lain adalah Farabi adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal Imam) yang berasal dari Turki.
Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmatika dasar. Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50 tahun. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.
Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil. Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian
1.            Logika
2.            Ilmu-ilmu Matematika
3.            Ilmu Alam
4.            Teologi
5.            Ilmu Politik dan kenegaraan
6.            Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam. Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
3.            Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (980-1037)
Lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina. Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Ibnu Sina dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filosuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu. Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

4.            Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I
Imam Ghazali lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan. Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.
Beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
          Karya –karya Imam Ghazali sangat banyak, karya yang sangat terkenal adalah Ihya Ulumuddin. Karya Imam Ghazali tentang filsafat adalah Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence).

5.             Ibnu Tufail (sekitar 1105–1185)
             Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Tufail al-Qaisi al-Andalusi (nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Al-Andalus. Lahir di Guadix dekat Granada, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai vizier dan dokter untuk Abu Yaqub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Almohad, pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rusyd sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko. Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai Maecenas. Ibnu Tufail juga merupakan pengarang Hayy ibn Yaqthan (Hidup Putra Kesadaran) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk dogmatisme, dan penyakit lainnya.

6.            Abu Walid Muhammad bin Rusyd (1126 - 1198)
Ibnu Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada. Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya. Karya-karya beliau adalah Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).

No comments:

Post a Comment